Kamis, 10 Desember 2015

Pedikulosis Kapitis dan Pedikulosis Pubis



PENDAHULUAN
       Pedikulosis adalah infestasi kulit atau rambut manusia yang disebabkan oleh kutu (Pediculus). Pediculus merupakan parasit obligat, yaitu parasit yang harus menghisap darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Pedikulosis pada manusia disebabkan oleh tiga spesies kutu, yaitu kutu yang menginfestasi kulit dan rambut kepala (Pediculus humanus var. capitis), tubuh (Pediculus humanus var. corporis), dan pubis (Phthirus pubis).  Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi Pediculus humanus var. capitis di kulit dan rambut kepala. Pediculus humanus var. capitis dikenal masyarakat sebagai kutu rambut. Pedikulosis pubis (PP) adalah infestasi Phthirus pubis (P. pubis) di regio pubis dan dapat juga pada daerah berambut seperti tungkai, dada, axilla, dan lengan.1 Pedikulosis pubis menular melalui kontak fisik langsung dan merupakan penyakit menular seksual (PMS). Diagnosis PP harus dihubungkan dengan penyakit menular seksual, termasuk human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome  (AIDS).2
     Pedikulosis menyerang 6-12 juta orang usia 3-11 tahun di Amerika Serikat setiap tahun. Pedikulosis kapitis umumnya terjadi saat musim panas dan PP umumnya terjadi pada musim dingin. Di negara berkembang PK lebih sering terjadi pada perempuan. Prevalensi pedikulosis kapitis di Turki 0,7-59%, Eropa 0,48-22%, Inggris 37,4%, Australia 13%, Afrika lebih dari 58,9%, dan Amerika 3,6-61,4%. Kondisi higiene yang tidak baik dapat meningkatkan prevalensi pedikulosis.2,3
     Referat ini akan membahas mengenai etiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis PK dan PP yang bertujuan untuk menambah khasanah pengetahuan tentang PK dan PP.

EPIDEMIOLOGI
          Penularan PK lebih sering melalui kontak langsung maupun tidak lagsung, yaitu melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, pakaian, dan aksesoris yang dipakai secara bersamaan. Rambut panjang terutama pada perempuan bukan merupakan faktor untuk terjadinya pedikulosis. Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan  risiko terjadi penyakit ini.2 Pedikulosis pubis dapat dikaitkan dengan penyakit menular seksual, karena 30% penderita PP memiliki penyakit menular seksual lainya seperti HIV, sifilis, gonore, klamidia, herpes, dan kondiloma akuminata. Pedikulosis pubis lebih sering terjadi pada usia 14-40 tahun karena merupakan usia seksual aktif.2,3 Penelitian menunjukkan 8,9% anak terinfestasi pedikulosis dari 6.169 anak sekolah di Belgia,. Data lain menunjukkan 9,6% remaja usia sekolah di Saudi Arabia mengalami PK. Insidensi pedikulosis di Indonesia belum diketahui secara pasti karena belum ada penelitian mengenai insidensi pedikulosis.2

ETIOLOGI
Pedikulosis Kapitis
          Pediculus humanus var. capitis termasuk dalam golongan filum Arthopoda, kelas Insecta, ordo Phthiraptera, subordo Anophara, family Pediculidae dan spesies Pediculus humanus. Kutu ini mempunyai dua mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Pediculus humanus var. capitis betina berukuran 1,2-3,2 mm dan kutu jantan berukuran lebih kecil (Gambar 1).2,4

Gambar 1. Pediculus humanus var. Capitis2
          Siklus hidup Pediculus humanus var. capitis terdiri atas stadium telur, larva, nimfa dan dewasa (Gambar 2). Pediculus humanus var. capitis betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50-150 telur. Telur berbentuk oval dan berwarna putih atau kuning. Telur Pediculus humanus var. capitis membutuhkan 8-9 hari untuk menetas, kemudian telur yang menetas akan menjadi nimfa. Nimfa akan menjadi dewasa dalam 9–12 hari sesudah menetas. Nimfa harus memperoleh makanan berupa darah untuk hidup. Pediculus humanus var. capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1-2 mm, tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang.5

Gambar 2. Siklus hidup Pediculus humanus var. Capitis5

          Parasit ini memiliki tiga pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut penghisap kecil di bagian anterior yang berfungsi untuk mendapat darah. Pediculus humanus var. capitis dapat merayap dengan cepat hingga 23 cm per menit. Pediculus humanus var. capitis dapat bertahan hidup kisaran 30 hari di kepala manusia. Pediculus humanus var. capitis dapat mati dalam satu sampai dua hari setelah jatuh dari rambut.5 Pediculus humanus var. capitis terdiri atas kutu jantan dan betina. Pediculus humanus var. capitis betina dibedakan dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan terdapat penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V berfungsi untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur.2

Pedikulosis Pubis
          Phthirus pubis berukuran lebih kecil dibandingkan dengan Pediculosis humanus var. capitis. P. pubis berukuran 0,8-1,2 mm dengan cakar lebih besar seperti kepiting, berwarna putih sampai abu-abu dan berbentuk oval (Gambar 3).2 P. pubis hidup kurang lebih 2 pekan, selama hidup P. pubis betina menghasilkan 1-2 telur per hari. Telur akan menetas mejadi nimfa setelah satu pekan dan menjadi P. pubis dewasa setelah 2 pekan berikutnya. Telur yang sudah menetas berwarna putih dan mudah terlihat (Gambar 4).6

Gambar 3. Phthirus pubis2

          Cakar P. pubis digunakan untuk mencengkram rambut pubis termasuk rambut di sekitar panggul, perianal, dan axilla. Infestasi berat P. pubis dapat juga mengenai bulu mata, alis mata, rambut di wajah, axilla, dan kadang mengenai rambut pada pinggiran scalp.2,7


Gambar 4. Telur kutu pedikulosis. (a) telur yang masih memiliki embrio. (b) telur yang tidak lagi memiliki embrio, tampak transparan.2

GEJALA KLINIS
Pedikulosis Kapitis
          Gejala awal yang dominan adalah gatal. Gatal mulai dari derajat ringan sampai tidak dapat ditoleransi bahkan dapat mengganggu tidur di malam hari terutama pada anak-anak. Area yang terkena infestasi pedikulosis adalah regio scalp, belakang leher, dan belakang teliga. Kelainan kulit pada pedikulosis timbul akibat garukan untuk menghilangkan gatal.1,3 Larva dan  kutu dewasa meletakkan kotorannya di kulit kepala yang akan menyebabkan rasa gatal. Telur diletakkan sepanjang rambut dan mengikuti pertumbuhan rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur lebih matang (Gambar 5).5 Gatal juga timbul akibat liur dan ekskreta dari kutu yang masuk ke dalam kulit saat menghisap darah. Infeksi sekunder dapat terjadi akibat garukan karena gatal. Infeksi sekunder bahkan dapat menimbulkan pustul dan abses, namun biasanya pemeriksa hanya menemukan ekskoriasi, eritem, dan skuama putih. Tetapi, sebagian besar infestasi Pediculosis humanus var. capitis tidak menunjukkan gejala terutama pada infestasi pertama dan ringan.1,2



Gambar 5. Pediculosis humasnus var. capitis. (a). Telur kutu dengan panjang 0,8 mm. (b). Telur kutu pada rambut.5

Pedikulosis Pubis
          Phthirus pubis menyukai daerah yang memiliki kelenjar apokrin, misal regio pubis, anogenital, dan axilla; tetapi dapat juga di dada dan perut yang berbulu lebat.2 Lesi primer karena gigitan kutu biasanya tidak begitu jelas, tapi dapat menimbulkan papul (Gambar 6a) dan gatal yang hebat terutama di malam hari.6
          Pruritus timbul 30 hari setelah pajanan awal. Akibat garukan terjadi eritem, iritasi dan infeksi sekunder. Kadang di tempat gigitan terdapat maculae cerulae berupa bercak berdiameter kurang dari 1 cm, berwarna kebiruan, tidak gatal, dan menghilang saat pemeriksaan diaskopi. Makula ini terdapat di daerah dada, abdomen dan paha atas, akan hilang setelah beberapa hari diduga akibat produk yang dihasilkan oleh kelenjar liur kutu.6
Infestasi PP dapat mengenai bulu mata terutama pada anak-anak, biasanya ditularkan oleh ibunya sehingga terjadi blefaritis disertai krusta (Gambar 6b). Kejadian ini jarang dijumpai pada penderita dewasa.6,7



Gambar 6. Phthirus pubis . (a) Papul akibat gigitan kutu (b) Telur kutu pada bulu mata anak.7
DIAGNOSIS
          Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta ditemukan kutu dewasa, nimfa atau telur di daerah predileksi. Pediculosis humanus var. capitis paling sering ditemukan di daerah oksipital dan retroaurikular.1,2 Sedangkan P. pubis sering ditemukan di rambut pubis dan rambut lain di tubuh. Namun apabila tidak dijumpai kutu dewasa, maka pedikulosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur kutu yang menempel di batang rambut melalui pemeriksaan mikroskopis (Gambar 7).6


Gambar 7. Telur kutu pada rambut.7

DIAGNOSIS BANDING
          Pedikulosis kapitis dapat didiagnosis banding antara lain dengan tinea kapitis, pioderma (impetigo krustosa), dan dermatitis seboroik. Pedikulosis pubis dapat didiagnosis banding dengan trikomikosis pubis, dermatitis atopik, dermatitis seboroik, tinea kruris, folikulitis, moluskum kontangiosum, dan skabies.6

KOMPLIKASI
          Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi pada pedikulosis karena kutu pedikulosis menjadi vektor pembawa Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Penelitian menyebutkan bahwa kutu pedikulosis dapat menjadi vektor mikroorganisme patogen penyebab Rickettsia atau louse-borne typhus yang disebabkan oleh Rickettsia prowazekii dan Trench fever yang disebabkan oleh Bartonella quintana. Penyakit ini terjadi terutama jika infestasi pedikulosis berat.1,2

PROGNOSIS
          Prognosis pedikulosis umumnya baik. Setiap penderita yang telah mendapat terapi harus dievaluasi satu pekan kemudian dan diberikan terapi lagi jika masih ditemukan kutu atau telur kutu. Pengobatan pedikulosis akan lebih sulit jika terdapat komplikasi pedikulosis seperti Rickettsia atau louse-borne typhus, dan Trench fever. Kerusakan lapisan kulit juga dapat meyebabkan infeksi bakteri seperti  methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). 1,2

PENATALAKSANAAN
Pedukulosis Kapitis
          Terapi PK mencakup terapi umum dengan mengontrol kutu atau lingkungan dan terapi khusus dengan obat-obatan. Terapi umum dilakukan dengan menghindari kontak dengan barang-barang yang diduga terkontaminasi seperti topi, pakaian, handuk, sisir, tempat tidur, dan lain-lain.1,8  Lingkungan harus dibersihkan secara teratur. Tempat tidur, pakaian, penutup kepala hendaknya dicuci dan direndam dengan air panas dengan suhu diatas 53,5 oC minimal selama 5 menit. Kutu dan telur pedikulosis akan mati setelah terpapar suhu diatas 53,5 oC. Sisir dan sikat rambut hendaknya direndam dan digosok dengan alkohol 60-90% atau lysol 2% selama 1 jam.2
          Terapi khusus PK adalah dengan losio permetrin 1% yang dioleskan di kulit dan rambut kepala yang kering, didiamkan selama 10 menit, kemudian rambut dicuci dan disisir menggunakan sisir rapat atau serit. Masa inkubasi telur kutu adalah 6-7 hari sehingga pengobatan dapat diulang kembali 7 -14 hari kemudian jika masih terdapat telur. Permetrin dapat mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralisis parasit.3,9 Obat pilihan lain adalah malation 0,5% yang digunakan pada malam hari sebelum tidur, rambut dicuci dengan sabun kemudian dioleskan losio malation, lalu kepala ditutup dengan kain sampai pagi hari selama 8-12 jam, kemudian rambut dicuci lagi dengan sabun dan disisir menggunakan sisir rapat atau serit. Pengobatan dapat diulangi satu pekan kemudian jika masih terdapat telur.9,10 Malation adalah inhibitor cholinesterase irreversibe yang menyebabkan penumpukan acetylcholine, menyebabkan paralisis parasit. Pada infeksi sekunder berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi sekunder diobati dengan antibiotik sistemik dan topikal lalu disusul dengan obat di atas dalam bentuk shampoo. Permetrin dan malation efektif untuk membunuh parasit dewasa dan telurnya.9      

Pedikulosis Pubis
          Terapi umum yang harus dilakukan pada penderita PP adalah mencari infeksi menular seksual (IMS) lain yang mungkin menyertai karena PP sering diderita bersamaan dengan IMS lain. Reinfestasi PP dapat dicegah dengan membersihkan telur di rambut dengan memakai sisir yang rapat. Pasangan seks dalam kurun waktu 1 bulan terakhir harus diterapi secara simultan.6 Pakaian dalam, handuk, sprei dicuci dengan air panas dan disetrika, atau jangan dipakai minimal selama 72 jam karena bila tidak menghisap darah pejamu, kutu jarang dapat hidup lebih dari 24 jam.2,6
          Penderita PP diterapi dengan shampoo gameksan 1% yang dioleskan selama 4 menit kemudian dicuci, diberikan selama 7 hari lalu dievaluasi kembali satu pekan kemudian. Gameksan merupakan neurotoksin yang mengganggu fungsi neurotransmiter sehingga mempengaruhi fungsi syaraf parasit. Gameksan tidak boleh diberikan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, ibu hamil dan menyusui serta penderita dengan erosi masif karena bersifat neurotoksik.1,6 Terapi lain yang dapat digunakan adalah krim permetrin 1% yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci, diberikan selama satu pekan dan dievaluasi kembali satu pekan kemudian.6 Permetrin merupakan terapi pilihan untuk pedikulosis, diserap kurang dari 2% dan cepat diubah menjadi metabolik inaktif. Aktivitas farmakologik sama seperti gameksan tetapi tidak menimbulkan neurotoksik.9 Bila P. pubis mengenai bulu mata dapat dioleskan salep mata oklusif di tepi kelopak mata, 2 kali sehari salama 10 hari. Selain itu, dapat juga diberikan salep mata fisostigmin 0,25%, 4 kali sehari selama 3 hari. Penderita pedikulosis yang telah mendapat terapi harus dievaluasi ulang, jika masih ditemukan kutu atau telurnya maka pengobatan dapat diulang.6

KESIMPULAN
          Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu Pediculosis humanus var. capitis di kulit dan rambut kepala (scalp). Pedikulosis pubis merupakan  infestasi P. pubis daerah pubis, axilla, dada dan perut yang berambut tebal, bulu mata, alis, dan bahkan di rambut pinggiran scalp. Gejala klinis yang paling umum ditemui adalah rasa gatal karena pengaruh liur dan ekskret kutu saat menghisap darah. Terapi pedikulosis mencakup terapi umum dengan mengontrol kutu dan lingkungan dan terapi khusus dengan obat-obatan. Pedikulosis pubis merupakan penyakit menular seksual sehingga pasangan seks dalam kurun 1 bulan terakhir harus diterapi secara simultan.

DAFTAR PUSTAKA

1.        Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, other mites, and pediculosis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York: McGraw-Hill. 2012. p.2573-8.

2.        Guenther CL, dan Maguiness S. Pediculosis and pthiriasis (lice infestation) [internet]. 2015 [cited 2015 November 15]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/225013-overview.

3.        James WD, Elston DM & Berger TG. Andrew’s disease of the skin: clinical dermatology, 11th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2011.  

4.        Gunning K, Kiraly B, Pippit K, and Sayler M. Pediculosis and scabies: a treatment update. J Am Fam Phy. 2013.;24(3): 211-6.

5.        Burkhart CN, Burkhart CG dan Morrel DS. Infestation. In: Bolognia JL, Jorizzzo JL dan Schaffer JV, eds. Dermatology, 3rd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2012. p.1426-31

6.        Suryaatmadja L. Pedikulosis pubis. In: Zubeir F, Makes WIB, Daili SF, eds. Infeksi menular seksual. 4th edition. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. p.193-203.

7.        Wolff K & Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology, 7th edition. New York: McGraw-Hill. 2012.

8.        Robert J, Richard. Head lice [internet]. 2002 [cited 2015 November 15]. Available from http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp012640.

9.        Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Pubic lice [internet]. 2013 [cited 2015 November 15]. Available from http://www.cdc.gov/parasites/lice/pubic/index.html.

10.    Handoko RP. Pedikulosis. In: Djuanda A, Hamzah M, dan Aisyah S, eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th edition.  Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. p.119-22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar