Jumat, 18 September 2015

Palembang Darurat Asap Berkelanjutan

Palembang, kota Metropolis, dengan penduduk kurang lebih 1,5 juta jiwa harus menanggung bencana asap. Bukan satu hari dua hari, tapi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Entahlah kami rakyat semakin bingung, sebenarnya ini cobaan dari Allah atau bencanakah atau pembiaran olah penguasa demi segunung rupiah untuk memuaskan dahaga kerakusan mereka. Semua diam, kedatangan orang nomor satu di negeri ini pun seolah-olah tiada artinya. Ya, kedatangannya hanya utuk menghiasi headline media massa dengan segala kebodohan seorang pemimpin. Dikala orang-orang kesehatan ingin mendidik masyarakat berhati-hati terhadap asap, ia malah masuk ke sumber asap tanda alat pelindungan diri yang memadai (tanpa masker) padahal masker biasapun tidak aman bagi penghirup asap itu, masker yang dianjurkan adalah masker khusus (masker N95). Kukira hanya ingin eksis dia, semacam ABG, ada-ada saja. 

Pemerintah daerahnya, entah pergi kemana. Spertinya mereka lebih senang melihat rakyat harus langsung menghirup asap ketika keluar pagi-pagi. Yang penting tumpukan rupiah ada di kamar tidur mereka. Mereka tidur berbantalkan uang diatas penderitian rakyat. Aaaa... sudahlah. Semoga prasangka-prasangka ini bukanlah kenyataan dan saya mohon ampun atas prasangka-prasangka itu.

Selasa, 15 September 2015

Analisis Masalah Kesehatan Komunitas

 Dalam perencanaan program yang terpenting adalah menyangkut proses perencaaan (process of planning). Proses perencaan merupakah langkah-langkah dalam menyusun rencana. Untuk bidang kesehatan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan proritas masalah. Definisi masalah adalah kesenjagan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what should be) atau harapan.1,2 


Ditinjau dari sudut pandang pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini 
dipandang sangat penting. Sedikitnya ada dua alasan yang ditemukan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, sehingga tidak mungkin semua masalah akan diselesaikan. Kedua, karena ada hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.1,2 

Cara menetapakann prioritas masalah banyak macamnya. Sebagian lebih mengutamakan intuisi dan sebagian lain mengutamakan petunjuk atasan. Cara penetapan  proritas masalah seperti ini tidak diancurkan. Cara menetapkan proritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk menetapkan masalah dengan kajian data ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan yang dimasud diantaranya adalah.

 Melakukan pengumpulan data 

Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah hasil dari suatu pengukuran dan atau pengamatan. Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:
a.       Jenis data
Jenis data yang harus dikumpulkan banyak macamnya. Blum (1976) membedatakan data kesehatan atas 4 macam yakni data tentang perilaku (behaviour), lingkungan (environment), pelayanan kesehatan (health service), dan keturunan (heredity). Jadi, pendoman pengumpulan data adalah 4 faktor tersebut.1
Tetapi, apabilah waktu, tenaga, sarana dan dana cukup tersedia, maka sebaiknya data yang kumpulkan lebih lengkap. Data lengkap yang dimaksud adalah:
-           Keadaan geografis
Yang termasuk dalam data geografis antara lain luas wilayah dan batas-batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora dan fauna. Peranan data geografis sangat penting dalam memberikan arahan tentang ada atau tidaknya duatu masalah kesehatan. Jika daerah tersebut banyak rawa misalnya, mungkin saja penyakit malaria banyak ditemukan.1
Data keadaan geografis juga bermanfaat menetapkan prioritas jalan keluar. Jika keadaan georrafis tidak menguntungkan, misalnya jika tidak ada sarana transportasi, perlu dipertimbangkan pelayanan kesehatan yang bersifat mobile.1
Di Puskesmas data georafis yang diperlukan diantaranya luas wilayah, jumlah desa/dusun, jarak desa dengan puskesmas, dan waktu tempuh ke puskesmas. Data seperti ini dapat diperoleh di kantor Kelurahan/Desa atau kantor Kecamantan.2
-          Pemerintahan
Data yang oerlu dikumpulkan disini antara lain tentang bentuk pemerintahan, peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan dan belanja kesehatan, serta mekanisme dan proses pegambilan keputusan. Kesemua data ini penting artinya pada waktu penyusunan rencana, terutama pada waktu merumuskan prioritas jalan keluar.1 Sebagai contoh, pada saat ini (sejak 1 Januari 2014) telah diberlakukan undang-undang Jaminan Kesehatan Nasional yang mengatur pendanaan puskesmas berdasarkan kapitasi dan langsung diserahkan ke puskesmas, hal ini berbeda dengan peraturan sebelumnya dimana dana puskesmas didapat dari berbagai sumber terutama dari anggaran belanja pemeritah daerah/kota. Peraturan seperti ini berpengaruh pada proses pencairan dana dan syarat-syarat pencairan dana.
-          Kependudukan
Data kependudukan yang diperlukan antara lain jumlah penduduk, penyebaran (umur, jenis kelamin dan georafis), angka pertambahan dan angka kelahiran penduduk. Peranan data kependudukan bukan saja penting dalam menetapkan masalah kesehatan, tetapi juga dalam menyusun cara untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.1,2
-          Pendidikan
Kumpulan tetang data pendidikan, yang meliputi tingkat pendidikan serta fasilitas serta fasilitas pendidikan yang tersedia. Sama halnya dengan kependudukan, peranan data pendidikan ini juga penting dalam menetapakan masalah dan cara menyelesaikan masalah kesehatan. Dalam Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas data pendidikan dikumpulkan lebih lengkap yang dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dan lain-lain.1,2   
-          Pekerjaan dan mata pencarian
Data lain yang perlu dikumpukan adalah tentang pekerjaan dan mata pencarian penduduk selengkap yang bisa dikumpulkan.1,2
-          Keadaan sosial budaya
Data tentang sosial budaya yang meliputi pandangan, kebiasaan, larangan, da anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kesemua data ini mempunyai peranan yang amat penting dalam membantu menetapkan masalah dan jalan keluar mengatasi masalah kesehatan tersebut.1,2
-          Kesehatan
Data terakhir yang perlu dikumpulkan adalah tentang keadaan kesehatan penduduk. Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga macam yakni:1,2
o   Data yang menunjukkan status kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum, bayi, ibu dan penyakit tertentu), angaka harapan hidup rata-rata, angka penyakit dan sebagainya yang sejenis.
o   Data yang menunjukkan keadaan kesehatan lingkungan pemukiman seperti persentase penduduk yang  mempunyai sumbber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai rumah sehat, dan lain sebagainya yang sejenis.
o   Data yang menunjukkan fasilitas dan pelayanan kesehatan, seperti rasio penduduk atau sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah kunjungan, luas cakupan, jumlah dan pemakaian tempat tidur dan lain sebagainya yang sejenis.
b.      Sumber data
Apabilah jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkan penetapan sumber data yang akan digunakan. Terdapat tiga sumber data yang dikenal yakni seumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier. Contoh sumber data primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sekunder adalah laporan bulanan Puskesmas dan kantor Kecamatan. Sedangkan sumber data tersier adalah hasil publikasi badan-badan resmi, sperti kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan,  dan Kantor Kabupaten. Pilihlah sumber data yang sesuai.1
c.       Jumlah responden
Jika kemampuan tersedia dengan cukup, kumpulkan data dengan lengkap yaitu mencakup seluruh penduduk. Dalam praktik sehari-hari, pengumpulan data secara total ini sulit dilakukan. Lazimnya diambil dari data sebagian penduduk saja (hanya sampel saja). Karena merepaka survey diskriptif, sampel biasanya ditentukan dengan rumus sampel sebagai berikut:1

N1 = jumlah sampel awal
N2 = jumlah sampel akhir
p = sifat suatu keadaan  dalam % (jika tidak tahu dianggap 50%)
q = 100% - p
L =  derajat ketepatan yang digunakan (0,005)
N = Jumlah penduduk     
d.      Cara mengambil sampel
Jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan sampel. Terdapa empat cara pegambilan sampel yang dikenal yaitu, simple random sampling, sistemaic random sampling, stratified random sampling, dan cluster random sampling. Pilihlah yang sesuai.1
e.       Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data ada emapat macam yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan (observasi) serta peranserta (partisipasi). Piihlah cara pengumpulan data yang sesuai.1
2.     
       Melakukan pengolahan data
 
Kegiatan kedua yang harus dilakuakn ialah mengolah data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data yang dimaksud adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yag dimilikinya.1
3.     
          Mekakukan penyajian data
 
Ketiga kegiatan yang harus dilakukan adalah meyajikan data yang telah diolah. Ada tiga macam cara penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstual, tabual, dan grafikal.1
4.      Memilih prioritas masalah
 
Hasil penyajian data akan menampilkan berbagai masalah. Apakah berbagai masalah ini perlu diselesaikan. Tidak perlu. Pertama karena anatr masalah terdapat keterkaitan. Yang perlu dilakukan hanya menyelesaikan masalah pokok saja. Masalah lainya akan selesai secara sendirinya. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi sealalu bersifat terbatas. Dalam keadaan seperti ini, lanjutkan kegiatan dengan memilih prioritas masalah.m untuk ini banyak cara pemilihan yang digunakan. Cara yang dianjurkan adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan teknik kriteria matriks (criteria matrix tecnique).1 

Kriteria yang dapat dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dpat dibedakan atas tiga macam:1
a.       Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah banyak macamnya. Beberapa diataranya yang penting adalah:
-          Besarnya masalah (prevalance)
-          Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
-          Kenaikan besarnya masakah (rate of increase)
-          Dereajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)
-          Keuntungan sosial karena selesaiya masalah (social benefit)
-          Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
-          Suasana politik (political climate)
b.      Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah (tecknical feasibility), makin diprioritskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang dimaksudkan disini adalah menunjukkan pada penggunaan ilmu dan teknologi yang sesuai.
c.       Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources avaibility) makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah menunjuk  pada tenaga (man), dana (money), dan sarana (materia).
 
Contoh kriteria matriks yang digunakan di Puskesmas adalah formula USG yaitu tingkat Urgensi (U/urgency),tingkat perkembangan (G/growth), dan tingkat keseriusan (S/seriousness). Masing-masing kriteria ditetapkan nilainya 1-5. Nilai semakin besar jika tingkat urgensinya sangat mendesak, aatau tingkat perkembangan dan tingkat keseriusan semakin memprihatinkan apabilah tidak diatasi. Prioritas masalah dirutkan berdasarkan hasil perkalian yang paling besar dari ketiga hal tersebut dan disusun dalam bentuk matriks.2
Kriteria
Masalah
Masalah 1
Masalah 2
Masalah 3
Tingkat urgensi (U)



Tingkat keseriusan (S)



Tingkat perkembangan (G)



UxSxG



 
Dalam Panduan Perencanaan Tingkat Puskesmas juga dicantumkan cara mencari akar penyebab masalah antara lain dengan metode diagram sebab akibat dari Ishikawa atau lebih dikenal dengan diagram tulang ikan (fishbone) karena digambarkan dalam bentuk tulang ikan dan pohon masalah (problem trees)2. 

Kemungkinan penyebab masalah ini dapat berasal dari input (sumber daya) seperti; jenis dan jumlah alat, obat, tenaga dan prosedur manajemn kerja, dan dana. Proses (pelaksana kegiatan) sepeti; frekuensi kerja, kepatuhan pelayanan medis dan non medis. Dan yang terakhir lingkungan. Dalam diagram kategori yang dimasukkan antara lain tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metode (methode).2

Langkah-langkah membuat diagram fishbone sebagai berikut:2
1.      Tuliskan masalah pada kepala ikan 
2.      Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk ke arah kepala ikan 
3.      Tetapkan kategori utama dari penyebab 
4.      Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal 
5.      Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokus pada masing-masing kategori 
6.      Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama lainnya 
7.      Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, cuba membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil 
8.      Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi (data) untuk menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dan lain-lain.
 


Daftar Pustaka
1.      Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi 3. Tanggerang: Binarupa Aksara. (Hal. 202-208)
2.      Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.( hal. 11-25)








Kamis, 10 September 2015

Bahaya Pencemaran Udara (Bencana Kabut Asap Melanda Indonesia)

Bulan ini pasti banyak teman-teman yang kesel karena bangun pagi keluar rumah langsung menghirup asap, terutama teman-teman yang menetap di pulau Sumatra dan Kalimantan. Di pagi buta kita harus menghirup udara dengan bau seperti terbakar. Debu-debu bekar kebakaran hutan dan lahan gambut menghinggapi rumah-rumah kita dan sebagai bahkan terhirup oleh kita. Bahan-bahan pencemar udara ini tentu tidak boleh melebihi ambang batas toleransi oleh tubuh, bila melebihi ambang batas toleransi maka akan mengakibat berbagai masalah kesehatan dan sangat berbahaya bagi tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian jika terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Bahan-bahan pencemar udara tersebut diantaraya adalah Karbon monoksida (MO), timbal atau timah hitam, Nitrogen dioksida (NO2), ozon, sulfur dioksida dan  partikel kurang dari 10 micro.

Karbon monoksida, biasanya berasal dari kendaraan bermotor, masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan paru. Karbon monoksida akan berikatan secara permanen dengan hemoglobin, ikatan ini akan menghalagi pengankutan oksigen oleh darah dan oksigen merupakan zat esensial untuk mempertahankan kehidupan manusia.

Timbal atau timah hitam, sumbernya sangat bervariasi termasuk dari pembakaran bensin, berakumulasi di tubuh dan dapat menyebabkan kelainan neurologis seperti mental retardasi dan kelaianan prilaku, terutama pada anak-anak.  Bahkan dalam dosis kecil pun, timbal hitam berhubungan dengan perubahan enzim dan mekanisme transfer energi di tubuh.

Nitrogen dioksida, sebagian besar berasal dari pembakaran batubara dan kendaraan bermotor, dapat mengiritasi paru dan menurunkan resistensi infeksi saluran respirasi. Nitrogen dioksida juga merupakan prekursor penumpukan asam (hujan asam) dan ozon.

Ozon, terbentuk terutama dari level terbawah polutan udara dan matahari, menyebabkan kerusakan jaringan paru, mengurangi fungsi paru, dan paru lebih sensitif terhadap iritan. Penurunan fungsi paru dapat disertai dengan nyeri dada, batuk, dan nausea. Ozon dapat juga menyebabkan kegagalan panen tanaman.  

Sulfur dioksida, terutama berasal dari pembakaran batubara dan industri, menyebabkan penurunan fungsi paru, distress pernapasan (sesak), dan berkurangnya resitensi terhadap masalah paru.

Partikel kurang dari 1o mikro (PM10), berasal dari berbagai sumber yang berbeda seperti mesin diesel, pembakaran kayu, dan debu yang berterbangan. PM10 ini dapat memperburuk penyakit paru dan kadiovaskular, mengubah sistem perlawanan tubuh dan menyebabkan kanker.  


facebook: kopi pagar alam (https://web.facebook.com/kopi.pagaralam.3). invite yaa. :D

Daftar Pustaka Konstipasi Anak



Afzal, N. A., M. P. Tighe, dan M.A. Thomson. 2011. Constipation in Children. Italian J of Pediatr. 37:28.

Behrman, R. E., R. Kliegman, dan A. M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (edisi ke-15). EGC, Jakarta, Indonesia. 2: 1274-1275.

Catto-Smith, A. G. 2005. Constipation and toileting issues in children. Med J Aust. 82 (5): 242-246.

Croffie, J. M. 2006. Constipation in children. Indian J Pediatr. 73(8): 698-701.

Endyarni, B. dan  B. H. Syarif. 2004. Konstipasi fungsional. Sari Pediatri. 6(2): 75-80.

Firmansyah, Agus. 2012. Konstipasi pada Anak. Dalam: Juffrie, M. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. IDAI, Jakarta, Indonesia. 1: 201-214.

Guyton,  A. C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi ke-11). EGC, Jakarta, Indonesia. hal. 573-584.

Jennings, A., dkk. 2009. Dietary fibre, fluids and physical activity in relation to constipation symptoms in pre-adolescent children. JCHC. 13(2): 116-127

Kurniati, D., dan  M. Juffrie. 2003. Faktor risiko konstipasi pada anak. Berkala Ilmu Kedokteran. 35 (4): 219-224.

Richmond, J.P., dan Wright AS. 2006. Development of a Constipation Risk Assessment Scale. Elsevier. 6: 186-197.

Sakakibara, R., dkk. 2010. Influence of Body Position on Defecation in Humans. LUTS. 2: 16-21

Salwan, H., R. Kesumawati, dan A. Bakri. 2010. Pola Defekasi Bayi Usia 7-12 Bulan, Hubungan dengan Gizi Buruk, dan Penurunan Berat Badan Serta Persepsi Ibu. Sari Pediatri. 12(3): 168-173

Sastroasmoro, S., dan S. Ismael. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (edisi ke-3). Sagung Seto, Jakarta, Indonesia.

Sikirov, D., 2003. Comparison of Straining During Defecation in Three Positions. Did dis sci. 48(7): 1201-1205

Tanjung, F.A.,. 2011. Hubungan Posisi Saat Buang Air Besar dengan Kejadian Konstipasi Fungsional pada Anak. Tesis pada Program Magister Kedokteran Klinik-Spesialis Ilmu Kesehatan Anak USU yang tidak dipublikasikan.

Tanjung, F.A., dkk. 2013. Fungsional Constipation and Posture in Defecation. Paediatrica Indonesia. 53(2): 104-107

Tehuteru,  E. S., B. Hegar,  dan A. Firmansyah. 2001. Pola defekasi pada anak. Sari Pediatri. 3(3): 129 – 133.

Word Gastroenterology Organisation. 2007. Word Gastroenterology Organisation Practice Guideline: Constipation. WGO, hal. 1-10